Malam itu ku pandang wajah kekasih hati,
Mukanya merah merona,
Wajah cerminan hati yang debarnya kelihatan sekali di dada,
Terlihat cahaya di mata,
Percikan cahaya yang indahnya membawa makna,
Hatinya debar menunggu saat siang hari esoknya,
Ku pandang wajah kekasih hati,
Mata memandang terus ke aras bukaan pintu,
Mulutnya terlukis senyuman,
Matanya tetap lekat dibukaan pintu.
Senyumannya makin melebar
saat langkahan kaki wanita yang dia cinta melepasi bukaan pintu,
Ku tekuni wajah kekasih hati,
Sinar matanya makin bercahaya,
Seperti mahu menyinari menyelubungi wanita kecintaannya itu,
Saat itu juga kekasih hatiku melangkah,
Terus wanita tercinta itu dipeluknya,
Tangannya diraih, saat itu dicium,
Gerak tubuhnya sangat jelas gembira,
Seperti kulihat seluruhnya bercahaya,
Wanita yang selayaknya dicintai suamiku sepenuh hati,
Wanita yang dirahimnya itulah suamiku singgah,
Wanita yang ditangannya itulah suamiku membesar mengenal Allah.
Wanita yang ditelapak kakinya itulah syurga suamiku,
Wanita yang tingkatnya sama seperti ibuku sendiri.
Mama.
Luruhlah semua kerinduan seorang anak lelaki kepada ibunya yang tercinta.
Ibu itu punya seluruh hak ke atas anak lelakinya. Pandangan mata yang bercahaya penuh sinar bahagia dan cinta itu memang selayaknya tumpah pada susuk tubuh seorang ibu yang dipandangi anak lelakinya.
Betapa aku bangga punya suami yang begitu menyintai ibunya.
Ya Allah, Moga rasa cinta suamiku buat ibunya terus sampai jua ke hati ibunya. Ya Allah, moga anak-anak kami juga punya rasa cinta yang mendalam buat kami ibubapa mereka. Aameeen.
Taman didalam hati kami terus berbunga mekar mewangi dengan barakah yang dibawa ibu, seindah mekar daffodil dan tulips atas bumi Allah kini.