Wednesday 2 March 2011

Memori Berjuang - Exit


Assalamualaikum w.b.t anak-anak abah dan ummi yang kami cintai... kalianlah generasi yang bakal menyambung bekal pahala dan rahmat Allah buat kami, saat jasad di mamah bumi. Ingatilah kami dalam doa kalian, dalam sedekah kalian, terima kasih anak-anak kami.

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Teringat-ingat ketika kita menjemput orang-orang kesayangan kita di airport, Tah, Tok Mak dan mak cik yang datang berkelana sebentar dibumi UK ini, perasaan kita sangat indah, gembira, di awang-awangan. Perasaan mereka juga begitu, indah gembira dalam kesyukuran. Tak sabar untuk sama-sama mengembara melihat indahnya dunia Allah ini, tak sabar mentadabbur alam, dan mengutip redha Allah.

Berkelanalah sebentar. Dan, saat menghantar Tah, Tok Mak dan mak cik ke airport untuk pulang, saat mereka berpeluk-pelukkan dengan kita, dan saat melambaikan tangan melepaskan mereka berjalan melintas papan tanda EXIT, hanya Allah yang tahu, ada ruang kosong yang berbekas di hati. Perasaan sedih dan sukar untuk melepaskan. Yang terngiang-ngiang hanyalah memori indah bersama. Orang yang ditinggalkan sangat-sangat terasa.

Orang yang meninggalkan kita melepasi pintu EXIT, pasti ada pelbagai rasa, sedih kerana terpaksa meninggalkan kita di sini, gembira kerana dapat kembali ke asal, dapat berjumpa yang tercinta di tanahair. Dan bila memandang keliling, ragam manusia di airport, ada yang tersenyum indah dan gembira saat melepasi tanda EXIT, ada yang berjujuran airmata. Pelbagai ragam.

Begitulah analoginya, ENTRY dan EXIT kita di fasa ketiga kehidupan. Fasa pertama di alam roh, fasa kedua di alam rahim, fasa ketiga di alam dunia, fasa ke empat di alam kubur dan fasa terakhir di alam akhirat.

Saat kita lahir, yang menyambut rasa gembira, Alhamdulillah, kita sendiri tidak pasti pula perasaannya. Saat EXIT kita dari kehidupan dan kembara sementara ini, yang tinggal pastilah bersedih, merasa sangat kosong, dan kita yang pergi, pasti sedih dan takut kalau bekal amal kita hanyalah ringan belaka. Tapi, jika bekal amal kita berat, pasti senyum terukir di bibir, andai yang akan kita tuju adalah pada yang amat kita cintai dan rindui untuk berjumpa ya'ni Allah Aza Wajjala... pasti senyum dan kegembiraan yang kita rasai, saat penantian di fasa empat kehidupan pasti dipenuhi cahaya dan ruang sempit zahirnya terasa luas dan pemandangannya adalah tempat yang kekal di fasa terakhir nanti.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Rujukan: Pehin Datu Seri Maharaja Dato Paduka Seri Setia Ustaz Haji Awang Abdul Aziz Bin Juned, Mufti Kerajaan, Negara Brunei Darussalam, 'Jambatan Ke Akhirat'. Terbitan Jabatan Mufti Kerajaan, Jabatan Perdana Menteri, Negara Brunei Darussalam dan Al-Hidayah Publications (Malaysia)

1 & 2. Daripada Allah kita datang dan kepadanya pula kembali dan Mati adalah perkara besar

Kematian adalah ujian,Al-Baqarah (2:155)

2:155

Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar.

Akhlak kita dalam menangani ujian - air mata yang menitis itu, biarlah jatuh, kerana sudah pasti hati menjadi sangat pedih menerima ujian dari Allah, nabi sendiri menitiskan airmata saat kematian anakandanya Ibrahim, tapi berpada-padalah, janganlah meratap, berkeluh kesah menyalahkan Allah.

Dari Anas bin Malik radhiallaahu anhu juga pernah meriwayatkan ketika putra Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam, Ibrahim akan meninggal, ia datang menemui Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam sedangkan Ibrahim nafasnya sudah termengah-mengah, maka kedua mata beliau pun berlinang air mata. Dalam riwayat lain disebutkan beliau mengambilnya dan meletakkannya di atas pangkuan sambil berkata: “Wahai anakku! Aku tidak memiliki hak kuasa apapun yang dapat kuberikan kepadamu di sisi Allah”. Melihat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam menangis, Abdurrahman bin Auf dan Anas lalu bertanya: “Wahai Rasululloh mengapa Anda menangis? Bukankah Anda telah melarang menangis?’ Beliau menjawab : “Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya tangisan itu adalah rahmat, dan barangsiapa tidak memiliki kasih sayang maka ia tidak mendapatkan kasih sayang”, kemudian beliau melanjutkan sabdanya: ” Sesungguhnya mata bisa berlinang, hati juga bisa berduka namun kita hanya bisa mengucapkan yang diridhai Rabb kita. Wahai Ibrahim, sungguh kami sangat bermuram durja karena berpisah denganmu.” (HR. Al-Bukhari dan Mus-lim)

Bermuramlah dan berkabunglah seketika saat mententeramkan hati, kerana baru menghadapi ujian Allah, Nabi juga pernah berkabung di saat kematian Khadijah dan Abu Talib, tahun yang penuh kesedihan buat baginda, tetapi berpada-padalah.

Bersabarlah buat yang tinggal, Allah bersama dengan orang-orang yang bersabar, indahkan, Allah tak pernah meninggalkan kita walau sesaat apatah lagi bila Allah menjanjikannya di dalam ayat 153 surah Al Baqarah, (2: 153). Sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar.

Hikmah bersabar itu besar, ganjaran pahalanya juga tidak terhitung oleh angka seperti mana yang dinyatakan Allah, Az-Zumar, ayat 10 (39:10). ganjaran sabar yang tidak terkira, melainkan hanya Allah sahaja yang mengetahuinya.

'Amat menakjubkan sekali kelakuan orang-orang yang arif tentang harga sabar ini. Mereka itu berkeadaan seperti gunung-gunung batu yang pejal lagi teguh, yang tidak mampu digoncang ribut, walau sekuat mana ribut tersebut.' - rujukan

Indah ayat di atas.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------

-Bersambung-






LinkWithin

Related Posts with Thumbnails